Kasus 3 “Otitis Media Akut”

KASUS 3 (OTITIS MEDIA AKUT)

Klien Tn. Om (20 th) datang ke RS dengan keluhan nyeri telinga, ketajaman pendengaran menurun. Hasil pengkajian perawat menunjukkan T=120/80 mmHg, S= 39 C, adanya tinnitus, otalgia, otore, vertigo, pusing, gatal pada telinga. Dengan otoskop tuba eustachius tampak bengkak, merah, suram. Klien punya riwayat ISPA lama. Klien merasa cemas, menarik dan malu pada lingkungan karena penyakitnya menimbulkan bau.

PEMBAHASAN

  1. A. Anatomi dan Fisiologi Telinga

  1. Telinga Luar (Auter Ear)
    1. Aurikula / daun telinga

Terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Berfungsi untuk menangkap gelombang suara dan mengarahkannya ke dalam MAE (Meatus Akustikus Eksterna)

    1. Meatus Akustikus Eksterna / Liang telinga luar

Panjang ± 2,5 cm, berbentuk huruf S, 1/3 bagian luar terdiri dari tulang rawan, banyak terdapat kelenjar minyak dan kelenjar serumen yang bersifat antibakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit

  1. Kanalis auditorius eksternus

Panjangnya sekitar 2,5cm, kulit pada kanlis mengandung kelenjar glandula seruminosa yang mensekresi substansi seperti lilin yang disebut serumen. Serumen mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan pada kulit.kanalis auditorius eksternus akan berakhir pada membrane timpani.

  1. Telinga Tengah
    1. Membran Timpani / gendang telinga

Gendang telinga terdiri atas 3 lapis:

  1. Lapis luar (lanjutan kulit dari liang telinga)
  2. Lapis tengah (jaringan ikat yang lentur)
  3. Lapis dalam (selaput lendir).

Terdiri dari jaringan fibrosa elastis. Berbentuk bundar dan cekung dari luar. Terdapat bagian yang disebut pars flaksida, pars tensa, dan umbo. Refleks cahaya kea rah kiri jam tujuh dan jam lima ke kanan. Dibagi menjadi 4 kuadran, yaitu: atas depan, atas belakang, bawah depan, dan bawah belakang. Berfungsi menerima getaran suara dan meneruskannya ke tulang-tulang pendengaran.

    1. Tulang-tulang pendengaran

Terdiri dari maleus, incus, dan stapes. Berfungsi menurunkan amplitude getaran yang diterima membran timpani dan meneruskannya ke jendela oval.

    1. Cavum Timpani

Merupakan ruangan yang berhubungan dengan tulang mastoid sehingga bila terjadi infeksi pada telinga tengah dapat menjalar menjadi mastoiditis.

    1. Tuba Eustachius

Bermula di ruang timpani kea rah bawah sampai nasofaring. Struktur muosa merupakan lanjutan mukosa nasofaring. Tuba dapat tertutup pada kondisi peningkatan tekanan suara secara mendadak, dan terbuka saat menelan dan bersin. Berfungsi untuk menjaga keseimbangan tekanan udara di luar dan di dalam telinga tengah

  1. Telinga Dalam
    1. Koklea

Skala vestibule yang berhubungan dengan vestibular berisi perylimph. Skala timpani yang berakhir pada jendela bulat, berisi perylimph. Skala media/duktus koklearis berisi endolimph. Dasar skala vestibule disebut membran basalis, dimana terdapat organ corti dan sel rambut sebagai organ pendengaran.

    1. Kanalis Semisirkularis

Terdiri dari 3 duktus yang masing-masing berujung pada ampula (sel rambut, krista, kupula), yang berikatan dengan system keseimbangan tubuh dalam rotasi.

    1. Vestibula

Terdiri dari sakulus dan utrikel yang mengandung macula. Berkaitan dengan system keseimbangan tubuh dalam hal posisi.

Fisiologi Pendengaran

Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani, diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandigan luas membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang akan menggerakkan tingkap lonjong sehingga perilimfa pada skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan melalui membran Reissner yang mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relative antara membran basalis dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.

(tambahan anfis: ari + aan)

  1. B. Konsep Penyakit Otitis Media Akut

Isti: dbagi 4 :supuratif, nonsupuratif…..

Kuman penyebab utama pada OMA adalah bekteri piogenik, seperti Streptokokus hemolitikus, Stafilokokus aureus, Pnemokokkus. Kadang-kadang ditemukan juga Haemofilus influenza, Echeuria colli, Streptokokus anhelolitikus, Proteus vulgaris dan Pseudomonas aurugenosa. Selain itu, OMA juga dapat terjadi karena reaksi alergi.

Stadium OMA

Perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi menjadi 5 stadium:

  1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius

Tanda adanya oklusi tuba eustachius ialah adanya gambaran retraksi membran timpani akibat terjadinya tekanan negative di dalam telinga tengah, karena adanya absorpsi udara. Kadang-kadang membran timpani tampak normak (tidak ada kelainan) atau berwarna keruh pucat. Efusi mungkin terjadi, tetapi tidak dapat dideteksi. Stadium ini sukar dibedakan dengan otitis media serosa yang disebabkan oleh virus atau alergi.

  1. Stadium Hiperemis

Pada stadium ini tampak pembuluh darah yang melebar di membran timpani atau seluruh membran timpani tampak hiperemis atau edema. Secret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat.

  1. Stadium Supurasi

Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superficial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani, menyebabkan membran timpani menonjol (bulging) kea rah liang telinga luar. Pada keadaan ini, pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta rasa nyeri di telinga bertambah hebat.

  1. Stadium Perforasi

Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotika atau virulensi kuman yang tinggi, maka dapat terjadi rupture membran timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar. Pasien yang tadinya gelisah sekarang menjadi tenang, suhu badan turun dan pasien dapat tidur nyenyak.

  1. Stadium Resolusi

Bila membran timpani tetap utuh maka keadaan membran timpani perlahan-lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi maka secret akan berkurang dan akhirnya kering. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa pengobatan.

Berdasarkan usia: Ari

Anak lebih mudah terserang otitis media disbanding orang dewasa karena beberapa hal, yaitu:

  • Sistem kekebalan tubuh anak masih dalam perkembangan
  • Saluran eustachius pada anak lebih lurus secara horizontal dan lebih pendek sehingga ISPA lebih mudah menyebar ke telinga tengah.
  • Adenoid (salah satu organ di tenggorokan bagian atas yang berperan dalam kekebalan tubuh) pada anak relative lebih besar disbanding orang dewasa. Posisi adenoid berdekatan dengan muara saluran Eustachius sehingga adenoid yang besar dapat mengganggu terbukanya saluran Eustachius. Selain itu, adenoid sendiri dapat terinfeksi dimana infeksi tersebut kemudian menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius.

PATOFISIOLOGI klik link berikut..

part 1

part 2

  1. C. Tes Diagnostik
  2. Tes suara bisik

Caranya ialah dengan membisikkan kata-kata yang dikenal penderita dimana kata-kata itu mengandung huruf lunak dan huruf desis. Lalu diukur berapa meter jarak penderita dengan pembisiknya sewaktu penderita dapat mengulangi kata-kata yang dibisikan dengan benar. Pada orang normal dapat mendengar 80% dari kata-kata yang dibisikkan pada jarak 6 s/d 10 meter. Apabila kurang dari 5 – 6 meter berarti ada kekurang pendengaran. Apabila penderita tak dapat mendengarkan kata-kata dengan huruf lunak, berarti tuli konduksi. Sebaliknya bila tak dapat mendengar kata-kata dengan huruf desis berarti tuli persepsi. Apabila dengan suara bisik sudah tidak dapat mendengar dites dengan suara konversasi atau percakapan biasa. Orang normal dapat mendengar suara konversasi pada jarak 200 meter.

  1. Tes Garpu Suara

Dengan garpu suara frekuensi 64, 128, 256, 512, 1024, 2048 dan 4096 hz, dibunyikan dengan cara tertentu lalu disuruh mendengarkan pada orang yang dites. Bila penderita banyak tak mendengar pada frekuensi rendah berarti tuli konduksi. Bila banyak tak mendengar pada frekuensi tinggi berarti tuli persepsi. Kemudian dengan garpu suara frekuensi 256 atau 512 hz dilakukan tes-tes Rinne Weber dan Schwabach sehingga lebih jelas lagi apakah tuli penderita dibagian konduksi atau persepsi.

  1. Tes dengan Audiometer

Hasil dari tes pendengaran dengan audiometer ini digambar dalam grafik yang disebut audiogram. Apabila pemeriksaan dengan audiometer ini dilakukan, tes-tes suara bisik dan garpu suara tak banyak diperlukan lagi, sebab hasil audiogram lebih lengkap. Dengan audiometer dapat dibuat 2 macam audio-gram :

  • ·Audiogram nada murni (pure tone audiogram)
  • ·Audiogram bicara (speech audiogram)

Dengan audiometer dapat pula dilakukan tes-tes :

v ·tes SISI (Short Increment Sensitivity Index), tes Fowler dimana dapat diketahui bahwa kelainan ada di koklear atau bukan.

v tes Tone Decay dimana dapat diketahui apakah kelainan dibelakang koklea (retro cochlear) atau bukan. Kelainan retro coklear ini misalnya ada tumor yang menekan N VIII Keuntungan pemeriksaan dengan audiometer kecuali dapat ditentukan dengan lebih tepat lokalisasi kelainan yang menyebabkan ketulian juga dapat diketahui besarnya ketulian yang diukur dengan satu db (desibel).

  1. Tes dengan “Impedance”meter

Tes ini paling obyektif dari tes-tes yang terdahulu. Tes ini hanya memerlukan sedikit kooperasi dari penderita sehingga pada anak-anak di bawah 5 tahun pun dapat dikerjakan dengan baik. Dengan mengubah-ubah tekanan pada meatus akustikus ekterna (hang telinga bagian luar) dapat diketahui banyak tentang keadaan telinga bagian tengah (kavum timpani). Dari pemeriksaan dengan Impedancemeter dapat diketahui :

  • ·Apakah kendang telinga (membrana timpani) ada lobang atau tidak.
  • ·Apakah ada cairan (infeksi) di dalam telinga bagian tengah?
  • ·Apakah ada gangguan hubungan antara hidung dan telinga bagian tengah yang melalui tuba Eustachii.
  • ·Apakah ada perlekatan-perlekatan di telinga bagian tengah akibat suatu radang.
  • ·Apakah rantai tulang-tulang telinga terputus karena kecelakaan (trauma kepala) atau sebab infeksi.
  • ·Apakah ada penyakit di tulang telirigastapes (otosklerosis).
  • ·Berapa besar tekanan pada telinga bagian tengah.

Qzha: tes audiometric, otoskop,…

Ofi: tes bisik, jenis2 tuli, jenis frekuensi,…..

Ari: tambahan teknis, dari jauh ke dekat/ sebaliknya..

Klasifikasi frekuensi berdsarkan ISO dan ASA

ISO 1964 (dB)

ASA 1951 (dB)

Normal

-10 – 26

-10 – 15

Ringan

27-40

16-29

Sedang

41-55

30-44

Sedang-berat

56-70

45-59

Berat

71-90

60-79

Sangat berat

> 90

> 80

Novi: tes arloji, tes garpu tala…

Timpanometri, yaitu untuk mengetahui keadaan dalam kavum timpani. Misalnya adanya cairan, gangguan rangkaian tulang pendengaran, kekakuan membran timpani, ataupun membran timpani yang lentur.

Adapun gambaran hasil timpanometri, yaitu:

  • Tipe A : normal
  • Tipe B : terdapat cairan di telinga tengah
  • Tipe C : terdapat gangguan fungsi tuba Eustachius
  • Tipe AD : terdapat gangguan rangkaian tulang pendengaran
  • Tipe As : terdapat kekakuan pada tulang pendengaran (otosklerosis)

Tes diagnostic dilakukan secara bertahap:

  1. Tes gesek
  2. Tes bisik
  3. Tes detik
  4. Garpu tala
  5. Audiogram

Sedangkan otoskop bukan untuk tes diagnostic, melainkan utnuk melakukan pemeriksaan fisik.

  1. D. Patofisiologi patofisiologi bagian 1 dan patofisiologi bagian 2
  2. E. Pengkajian
    1. Biodata

– Nama: Tn. Om

– Umur : 20 tahun

  1. Anamnesa

1) Keluhan utama

Keluhan nyeri telinga

P:kapan nyeri mulai dirasakan? Tindakan apa yang dapat dilakukan klien untuk mengurangi nyeri telinga klien? Tindakan apa yang dapat memperberat nyeri?

Q:seperti apa nyeri yang dirasakan?apakah seperti ditusuk jarum?seperti diremas-remas?seperti dipukul palu?apakah berlangsung terus menerus atau intermitten?

R:dimana lokasi nyeri?apakah nyeri menyebar?apakah menggangu aktivitas?

S:berapa skala nyeri?

T:saat kapan nyeri dirasakan?apakah pagi,siang,malam hari?

2) Riwayat kesehatan sekarang

keluhan nyeri telinga, ketajaman pendengaran menurun,adanya tinnitus, otalgia (Apakah pada telinga kiri/kanan dan sudah berapa lama.Nyeri alihan ke telinga dapat berasal dari rasa nyeri gigi, sendi mulut, tonsil, atau tulang servikal karena telinga di sarafi oleh saraf sensoris yang berasal dari organ-organ tersebut),otore (Apakah sekret keluar dari satu atau kedua telinga, disertai rasa sakit atau tidak dan sudah berapa lama.Sekret yang sedikit biasanya berasal dari infeksi telinga luar dan sekret yang banyak dan bersifat mukoid umumnya berasal dari teklinga tengah. Bila berbau busuk menandakan adanya kolesteatom. Bila bercampur darah harus dicurigai adanya infeksi akut yang berat atau tumor. Bila cairan yang keluar seperti air jernih harus waspada adanya cairan liquor serebrospina), pusing, vertigo(Apakah keluhan ini timbul pada posisi kepala tertentu dan berkurang bila pasien berbaring dan timbul lagi bila bangun dengan gerakan cepat. Apakah keluhan vertigo ini disertai mual, muntah, rasa penuh di telinga dan telinga berdenging yang mungkin kelainannya terdapat di labirin atau disertai keluhan neurologis seperti disentri, gangguan penglihatan yang mungkin letak kelainannya di sentral. Kadang-kadang keluhan vertigo akan timbul bila ada kekakuan pergerakan otot-oto leher. Penyakit DM, hipertensi, arteriosklerosis, penyakit jantung, anemia, kanker, sifilis, dapat menimbulkan keluhan vertigo dan tinitus.), gatal pada telinga, tuba eustakhius tampak bengkak, merah, suram.

3) Riwayat kesehatan masa lalu

Mempunyai riwayat ISPA lama

4) Pola kebiasaan sehari-hari

  1. Pemeriksaan fisik
  2. Pengkajian otoscope
  3. Pengkajian fungsi pendengaran

Dilakukan setelah pemeriksaan otoscope terhadap kedua telinga klien, test ini berguna untuk mengkaji terhadap ketajaman pendengaran klien, yang meliputi:

1) Tes bicara (tes suara)bisikan beberapa kata denagn jarak 30-60cm, kemudian klien harus mengulangi kata tersebut, kedua tes tersebut dilakukan pada kedua telinga klien.

2) Tes arloji

Detik jam digunakan untuk menguji ketajaman suara terhadap frekuensi tinggi, dengan cara: dekatkan jam pada masing-masing telinga denagn jarak 12,7 cm/5 inci lalu tanyakan pada klien, apakah ia dapat mendengar (normal : klien dapat mendengar)

3) Tes garputala

Tes ini berguna untuk membedakan apakah klien mengalami tuli konduktif atau tuli sensorineural.pemeriksaan ini memerlukan garputala dengan cara dipegang pada tangkainya dan diketukkan pada permukaan yang berpegas seperti punggung tanagn atau siku. Jangan mengetukan garputala pada ujung meja atau benda keras lainnya karena akan menghasilkan nada berlebihan dan dapat menyebabkan perubahan menetappada pola getar garputala tersebut. Jika dilakukan dengan benar dan teliti maka tes garputala dapat memberikan informasi penting. Terdapat berbagai macam tes garputala:

  1. Tes rinne
  2. Tes weber
  3. Tes bing
  4. Tes stenger

4) Audiometric

Digunakan untuk melihat telingan luar dan membrane timpani, tes ini lebih tajam danlebih akurat daripada otoscope,oleh karean itu perawat lebih mudah menggunakanya untuk mengkaji pendengaran.

Tes audiometrik.

Merupakan pemeriksaan fungsi untuk mengetahui sensitivitas (mampu mendengar suara) dan perbedaan kata-kata (kemampuan membedakan bunyi kata-kata), dilaksanakan dengan bantuan audiometrik.

Tujuan :

1. Menentukan apakah seseorang tidak mendengar.

2. Untuk mengetahui tingkatan kehilangan pendengaran.

3. Tingkat kemampuan menangkap pembicaraan.

4. Mengethaui sumber penyebab gangguan pada telinga media (gangguan konduktif) dari telinga tengah (sistem neurologi).

Pendengaran dapat didintifikasikan pada saat nol desibel naik sebelum seseorang mendengar suara frekuensi yang spesifik. Bunyi pada tik nol terdengar oleh orang yang pendengarannya normal. Sampai ke-20 db dianggap dalam tingakt normal

  1. F. Asuhan Keperawatan

Diagnosa keperawatan:

  1. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan nyeri
  2. Risiko tinggi cedera berhubungan dengan perubahan persepsi sensori

Intervensi: ???

  1. G. Farmakologi

Qzha:…???

Walaupun sebagian besar kasus disebabkan oleh bakteri, hanya sedikit yang memerlukan antibiotic. Hal ini terjadi dikarenakan tanpa antibiotic, saluran Eustachius akan terbuka kembali sehingga bakteri akan tersingikr bersama lender. Jika memerlukan terapi, tergantung pada stadium penyakitnya.

  1. Stadium Oklusi

Pengobatan terutama bertujuan untuk membuka kebali tuba Eustachius sehingga tekanan negative di telinga tengah hilang. Untuk ini diberikan obat tetes hidung. HCl efedrin 1% dalam larutan fisiologik untuk yang berumur di atas 12 tahun dan pada orang dewasa.

  1. Stadium Hipepremi (Presupurasi)

Terapi pada stadium ini adalah antibiotika, obat tetes hidung, dan analgetik. Antibiotika yang dianjurkan adalah dari golongan penisilin atau ampisilin. Terapi awal diberikan penisilin intramuscular agar didapatkan konsentrasi yang adekuat di dalam darah sehingga tidak terjadi mastoiditis yang terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa, dan kekambuhan. Pemberian antibiotika dianjurkan minimal selama 7 hari. Bila pasien alergiterhadap penisilin, maka diberikan eritromisin.

  1. Stadium Supurasi

Pada stadium supurasi di samping diberikan antibiotika, idealnya harus disertai dengan miringotomi, bila membran timpani masih utuh

  1. Stadium Perforasi

Pada stadium ini sering terlihat secret banyak keluar dan kadang terlihat keluarnya secret secara berdenyut (pulsasi). Pengobatan yang diberikan adalah obat cuci telinga H2O2 3% selam 3-5 hari serta antibiotika yang adekuat. Biasanya secret akan hilang dan perforasi dapat menutup kembali dalam waktu 7-10 hari.

  1. Stadium Resolusi

Bila tidak terjadi resolusi biasanya akan tampak secret mengalir di liang telinga luar melalui perforasi di membran timpani. Pada keadaan demikian antibiotika dapat dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila 3 minggu setelah pengobatan secret masih tetap banyak, kemungkinan telah terjadi mastoiditis

  1. H. Penkes

Pencegahan

Karena OMA lebih sering terjadi pada anak-anak dan sering terjadi berulang maka perawat sebagai Community Organizing memberikan penyuluhan yang berhubungan dengan penyakit OMA. Beberapa hal yang dapat megurangi risiko OMA yaitu:

  • Pencegahan ISPA pada bayi dan anak-anak
  • Pemberian ASI minimal selama 6 bulan
  • Penghindaran pemberian susu di botol saat anak berbaring
  • Penghindaran pajanan terhadap asap rokok.
  • Penghindaran pengeluaran mucus (ingus) dengan paksaan/tekanan yang berlebihan.
  • Jangan mengorek-ngorek liang telinga terlalu kasar karena dapat merobek membran timpani
  • Jika ada benda asing yang masuk, datanglah ke dokter untuk meminimalisasi kerusakan telinga yang terjadi
  • Jauhkan telinga dari suara keras
  • Menonton televise dan mendengarkan musik dengan volume normal
  • Lindungi telinga selama penerbangan
  • Mengunyah permen karet ketika pesawat berangkat dan mendarat dapat mencegah terjadinya perforasi membran timpani

  1. I. Komplikasi

Komplikasi yang serius adalah:

  • Infeksi pada tulang di sekitar telinga tengah (mastoiditis atau petrositis)
  • Labirintitis (infeksi pada kanalis semisirkuler)
  • Kelumpuhan pada wajah
  • Tuli
  • Peradangan pada selaput otak (meningitis)
  • Abses otak.

Tanda-tanda terjadinya komplikasi:

– sakit kepala

– tuli yang terjadi secara mendadak

– vertigo (perasaan berputar)

– demam dan menggigil.

Ofi: hal umum & jarang terjadi….

Nova: intracranial, ekstrakranial….

~ oleh kelompok8fkep pada Oktober 12, 2009.

Tinggalkan komentar